Gelar Aksi, Kumala Bersama Aktivis Semar Minta Kepala Dinas LH Lebak di Copot


SIBERONE.COM - Keluarga Mahasiswa Lebak Perwakilan Rangkasbitung (Kumala PW) bersama Suara Elemen Masyarakat (Semar) serta Perwakilan petani Desa Mekarjaya, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lebak, Kamis (20/1/2022).

Dalam aksi, mereka menuntut agar lahan sawah para petani yang terdampak oleh limbah galian pasir yang di perkirakan sekitar 86 hektar agar segera di normalisasi kan. Selain itu, pihaknya juga meminta kompensasi dari para pengusaha galian pasir. Bahkan, mereka juga meminta agar Kepala Dinas LH Kabupaten Lebak dicopot, hal itu karena dinilai tidak perduli terhadap keluhan masyarakat Lebak.

Pantauan awak media di lokasi, aksi tersebut dijaga ketat oleh pihak Kepolisian Polres Lebak.

Ketua Kumala PW Rangkasbitung Juanda menegaskan bahwa akibat limbah galian pasir di beberapa titik di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, yang menimbun hektaran sawah itu mengakibatkan kerugian hingga miliaran rupiah. 

"Para petani menangis, menjerit, karena lahan sawahnya terendam limbah galian pasir. Kerugian mereka diperkirakan mencapai 13 miliar lebih jika dihitung di kali setiap.penan hingga saat ini," tegas Juanda.

Lanjut Juanda, pihaknya mengaku akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas, hingga para petani mendapatkan haknya dan dapat bercocok tanam kembali.

"Kami dari Kumala PW Rangkasbitung akan terus mengawal kasus ini. Kami miris sekali. Seharusnya pemerintah bertanggung jawab atas jeritan petani ini," ujarnya.

Senada, perwakilan Petani yang juga menjadi Koorlap aksi Rahmat Basuki menyampaikan bahwa dirinya bersama mahasiswa, para petani akan terus melakukan aksi jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

"Iya, kami ingin segera di normalisasi kan, saya anak petani pak, mereka hanya janji janji saja, rapat lagi, rapat lagi tapi mana hasilnya, tidak ada solusi pak. Jika begini terus, kami akan terus melakukan aksi, bahkan dengan massa lebih besar," ungkapnya.

Sementara itu, perwakilan petani di Desa Mekarjaya Isra mengaku dirinya bersama petani yang lain merasa kesulitan mencari ekonomi dan untuk biaya hidup sehari -hari. Karena, kata dia, mayoritas petani hanya mengandalkan dari hasil tani. Bahkan, mirisnya, akibat dirinya tidak dapat bertani lagi, anaknya hingga putus sekolah.

"Penghasilan saya 1 tahun tiga ton, bahkan 1 liter pun tidak ada. Saya makan minum dari situ pak, nyekolahin anak saya juga dari situ pak. Mana sekarang anak saya ada yang sekolah engga dilanjutin akibat dampak limbah galian pasir. Belum pernah saya kuli nyangkul, sekarang saya kuli nyangkul, penghasilan saya dari kuli nuangkul sekarang pak, anak saya ada 5 pak, saya paling dapat dua liter sekarang, dan itu hanya untuk anak saya," katanya.

Ditempat yang sama, Kepala Bidang Penataan Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Lebak Ivan menjelaskan, sebetulnya sudah ada kesepakatan sebelumnya dari pengusaha dan kesepakatan itu kita akan kawal.

"Poin poin kesepakatan itu kan harus melakukan normalisasi, kita akan kejar pengusaha itu. Memang hambatan hambatan itu memang nyata bahwa alat berat itu gak bisa masuk, dan saya juga kelapangan, dimana susahnya masukan alat berat itu," katanya. (*)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar