Kerap Marahin Awak Media, Arogansi Luhut Binsar Panjaitan di Sorot Ketua SPRI Riau


SIBERONE.COM - Ketua DPD Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) Provinsi Riau, Feri Sibarani, angkat bicara soal kerapnya Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan semprot awak media terkait pemberitaan, Rabu (21/7/2021)

Belakangan Menko Luhut Binsar Panjaitan kerap tampil marah-marah, dan terbilang arogan, melalui nada suaranya dan kalimat-kalimat yang di lontarkannya kepada awak media. Terbaru, menteri koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan tampak emosi ke presenter TV saat diwawancara usai Presiden Jokowi mengumumkan perpanjangan PPKM Darurat.

Kemarahan Luhut tersebut dipicu lantaran ia menilai data yang disajikan pihak presenter TV itu disebutnya memprovokasi masyarakat. Momen Luhut Binsar emosi ke presenter TV tersebut terjadi saat ia diundang dalam program tayangan Business Talk Kompas TV yang tayang pada Selasa malam, 20 Juli 2021.

Dalam momen tersebut, awalnya sang presenter membuka program TV itu dengan menyajikan data seputar Covid-19 yang meliputi jumlah testing yang menurun, statistik ratusan dokter dan nakes meninggal. Luhut pun sontak menegur presenter TV itu lantaran mengawali perbincangan tersebut dengan data-data yang menurutnya provokatif dan negatif bagi masyarakat.

“Saya usul eloknya pembukaan itu jangan langsung provokatif negatif nggak elok, itu nuansa pemberitaan kalian seolah negeri ini mau gimana. Perlu kita buat optimisme bukan pesimisme, yang dengar ini nggak semua intelektual, kan banyak yang lain, apa yang Anda sajikan tadi membuat kita banyak orang pesimis,” ujar Luhut Binsar ke sang presenter TV.

Menurutnya, data yang disajikan saat awal pembukaan program tersebut seolah Indonesia mau Perang Dunia III.

“Data yang kalian sajikan kayak kita ini mau Perang Dunia III saja,” tegas Luhut ke presenter TV.

Luhut mengatakan kepada presenter TV bahwa pemerintah optimis menghadapi Covid-19.

“Kalau Merah Putih di dada, kamu mesti beri nuansa positif, jangan provokasi orang lain itu nggak bagus itu. Kamu provokasi bisa hilangkan nyawa orang lho secara tidak langsung, awas hati-hati itu hindari itu! orang jadi was-was terus imunitasnya turun, pahami itu! Jangan mau kau disuruh bosmu itu, bilang Pak Luhut ini yang ngomong, saya serius sungguh-sungguh,” ujarnya.

Namun, Luhut mengaku sedih kalau orang terlalu menggampangkan persoalan penanganan pandemi COVID-19, sehingga seenaknya mengkritik.

"Sekarang ini jadi kalau saya lihat orang terlalu menggampangkan mengkritik, itu saya sedih saja. Kamu enggak tahu betapa sulitnya mengatasi keadaan ini," ucap Luhut dalam wawancara di Kompas TV, Selasa (20/7).

Tak cuma itu, Presenter sekaligus jurnalis Najwa Shihab mendapat teguran Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Momen tersebut terekam kala Menteri Luhut menjadi narasumber dalam acara Mata Najwa pada Rabu 23/9/2020 tahun lalu.

Kala itu Najwa Shihab mengkritik pelaksanaan Pilkada yang tetap akan dilaksanakan di tengah pandemi. Najwa menyoroti beberapa pelanggaran protokol kesehatan yang terjadi dalam beberapa pelaksanaan rangkaian Pilkada.

Puncaknya Najwa menunjukkan berbagai video dan foto yang memuat berita tentang pelanggaran protokol kesehatan tersebut. Menyimak kritikan tersebut, Luhut mengakui ada beberapa pelaksanaan yang belum ketat pemberlakuan protokol kesehatannya, namun akhirnya pensiunan Jenderal TNI AD yang berasal dari baret merah itu pun lagi-lagi menyalahkan media dengan menyebut provokator.

"Maaf ini jangan marah Najwa kayak begini, ngapain kamu provokasi gambar beginian?" tegur Luhut.

Tak terima disebut provokator, Najwa kemudian membela diri dan menjelaskan alasannya menampilkan video tersebut.

"Ini fakta Pak Luhut, saya tidak memprovokasi. Saya menunjukkan apa yang terjadi di lapangan. Inilah yang terjadi di lapangan. Saya yakin Pak Luhut juga sudah tahu fakta di lapangan seperti ini," jelas Najwa.

Menteri Luhut lantas merespons jawaban Najwa dengan mengingatkan untuk tidak membuat topik yang provokatif.

"Iya tahu, tapi enggak perlu dianukan begini, kita cari lah sekarang topik-topik yang membuat seperti ini. Ini yan membuat kita ini tanpa kita sadari turut membuat kacau. Ini tanggung jawab kita pada kemanusiaan," tukas Luhut.

Atas hobby Luhut Panjaitan ini, sejumlah pimpinan media dan insan Pers di Pekanbaru Riau, yang tergabung kedalam Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) mencoba menganalisa dan mendalami maksud Luhut Binsar yang kerap menuding pemberitaan Pers sebagai aksi provokasi, mengingat Pers adalah salah satu lembaga yang berperan membangun bangsa melalui proses kontrol sosial dan menyebarluaskan informasi kepada publik yang dilakukan dengan profesional dengan tujuan agar seluruh informasi dan peristiwa apapun dapat diketahui oleh masyarakat luas.

,"Pertama saya koreksi pernyataan menko marves Luhut Binsar Panjaitan ini. Pak Luhut se enaknya saja menyebut berita Pers sebagai aksi provokasi, sehingga cenderung melecehkan posisi media yang sudah diatur oleh Undang-undang. Kami dari Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) keberatan dengan pernyataan itu, emang Pers itu apa dianggap pak Luhut ?," Jelas ketua DPD Riau SPRI, Feri Sibarani.

Menurut Feri Sibarani, sebagai pejabat tinggi negara, Luhut di minta dapat mengormati peran Pers, tanpa intervensi, apalagi menekan media dengan gaya arogansi yang militeristik, sebab dikatakannya, Pers yang independen tidak hanya akan mengekspos hal-hal yang baik saja menurut pandangan seseorang, tetapi berita harus objektif dan real, sesuai fakta.

,"Pertama Pers itu independen tidak ada yang bisa mengintervensi. Lindungilah Pers dalam tugasnya, bukan sedikit-sedikit di salahkan, di tekan, dengan sebutan memprovokasi masyarakat, apakah Pers itu dalam bertugas harus mengikuti apa kata Luhut? atau apa yang baik menurut pak Luhut? Kan tidak begtu.. giliran berita yang baik, Pers di puji, giliran berita yang objektif karena bernuansa mengkritik, disebut provokasi, ini gak lucu," lanjut Feri Sibarani.

Selain itu Feri juga mengatakan bahwa di era reformasi saat ini, dimana Negara menjalankan pemerintahan yang bersifat transparansi, demokratis, dan dijamin kebebasan masyarakat berpendapat, termasuk mengkritik pemerintah dengan berbagai cara, Menko Luhut seharusnya tidak menunjukkan gaya-gaya ala orde baru yang anti kritik, dan arogan terhadap media.

,"Gaya orde baru yang penuh kekerasan itu sudah kita reformasi tahun 1998 lalu, jangan di munculkan lagi, ini era reformasi, semua pihak berhak berpendapat di negeri ini, jika memang ada Indikasi kesalahan Pers, kan ada mekanisme yang dapat di tempuh. Petinggi Negara harus jadi contoh lah dalam menyikapi pemberitaan, apa lagi beliau (Luhut Binsar_red) sering menyebut kata "kau", "kau" kepada wartawan, kan kurang etis bagi seorang pejabat tinggi negara," urai Feri.

Diakhir wawancara dengan sejumlah media pada menggelar rapat kerja daerah (Rekerda) SPRI Provinsi Riau baru-baru ini, Feri Sibarani juga tak lupa mengingatkan kepada seluruh media dan wartawan yang tergabung kedalam SPRI agar dapat mempertanggungjawabkan semua konten pemberitaan kepada publik

,"Jika benar tulis yang benar, jika memang salah dan ada unsur kejahatan, tulis aja seperti apa adanya, jangan takut menulis kebenaran, jika memang ada faktanya, sehingga bukan berita bohong, dengan prinsip-prinsip demokrasi dan menghormati semua pihak tanpa menutupi kebenaran peristiwa," sebutnya. (A-R/Team)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar