Potensi Kenakalan Remaja Sebagai Pengaruh Era Digital

Nadia Deby Sukanti, Mahasiswa Program Studi Administrasi Negara Fekonsos UIN Suska Riau (foto: Nadia)

SIBERONE.COM - Perkembangan teknologi mempermudah ruang akses informasi, perkembangan teknologi juga menghadirkan perkembangan digitalisasi, informasi baru yang mudah didapatkan, komunikasi yang tak terbatas menghadirkan interaksi sosial. Digitalisasi juga berdampak pada perubahan pola berpikir, sudut pandang seseorang dan identitas diri individu itu sendiri.

Karena mudahnya komunikasi maka mudah pula bagi seseorang atau sekelompok orang untuk berada dalam satu pandangan. Selanjutnya bisa saja mereka membentuk komunitas karena berada dalam lingkungan yang sama. Sama pandangan, sama visi, sama rasa dan sama harapan.

Perkembangan digitalisasi memberikan kemudahan akses informasi lintas negara, mengkonsumsi budaya luar atau mengikuti apa yang menjadi idola sangat mudah dilakukan, meniru kebiasaan seseorang yang dianggap sebagai idola menjadi tren masa kini. Saat ini dapat kita lihat bersama bagaimana generasi muda berbondong-bondong mengidolakan artis-artis korea. Pengidolaan bukan hanya sebatas kata idola, kerap kali mereka juga mencontohkan gaya hidup, perilaku, gaya berpakaian atau gaya rambut dan lain sebagainya. Hal seperti ini lebih sering kita temui pada anak-anak remaja.

Remaja menjadi suatu masa bertumbuh, mencari jati diri dan identitas diri. Masa remaja adalah masa dimana seseorang akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dia pilih untuk berkembang. Lalu bagaimana jika pencarian jati diri yang mengarah pada negarif? Bagaimana pencarian jati diri yang salah menghadirkan tindakan-tindakan kriminalitas?

Penemuan jati diri seorang remaja dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Penyumbang pemebentukan jati diri ini bisa dari pendidikan, lingkungan, teman, keluarga dan organisasi/komunitas. Artinya jika salah memilih dalam sebuah pergaulan, maka akan memberikan dampak yang buruk.

Mari kita bayangkan jika seorang anak remaja yang saat ini berada di era digitalisasi, dia bebas untuk mengakses segala hal tanpa batas, mendapatkan informasi, menjalin relasi, rasa ingin tahu yang tinggi dan penasaran akan suatu hal yang baru membawanya ke hal-hal yang negatif. Hal-hal negative seperti narkoba, sekx bebas, komunitas terlarang dan lain sebagainya. Sehingga dengan hal demikian akan menghadirkan kenakalan remaja di lingkungan masyarakat.

Menurut Lemert dalam teori Labelling bahwa seseorang mengartikan suatu keadaan sebagai yang benar terjadi (real), maka hasilnya juga benar di implementasikan dengan kosekuensinya. FM Lemert membagi 2 (dua) bentuk penyimpangan, yaitu:

Primary Deviance, menjadi suatu pelanggaran awal, seorang remaja dengan rasa ingin tau yang tinggi akan mencoba-coba, tidak sengaja, tidak serius, dan hanya sebatas gurauan

Secondary Deviance, menjadi lanjutan dari konsep diri, mengarah pada keadaan reaktif, self fulfilling phropecy, motivasi dan lain lain.

Dapat disimpulkan pertama, hadirnya bentuk lebelitas, pengucapan pada suatu hal dengan penglebelean tersebut memberikan pengaruh/efek yang menjadi konsekuensi penyimpangan perilaku.

Saat ini mayoritas pengguna media digital berada dan digandrungi oleh kalangan remaja. Setiap hari semakin banyak remaja yang akan mengakses media digitali dan bergabung ke berbagai platfrom media soasial. Hadirnya hungungan tidak terbatas bertukar data, informasi dan lain sebagainya secara cepat, membentuk kelompok-kelompok atau bergabung ke suatu kelompok.

Kehadiran lebelitas yang merasa apa yang dilakukan adalah benar dan baik menurut diri dan kelompok menimbulkan kejahatan remaja. Hal ini dapat dianalogikan pada seorang remaja tidak merokok yang datang pada sekelompok remaja perokok. Dengan kehadirannya yang tidak perokok mendapatkan sindiran dengan sebutan tidak jantan, tidak berani, tidak macho dan lain sebagainya. Hal ini juga terjadi dalam dunia digitalisasi, perundungan remaja melalui media digital juga tak bisa ditepiskan. Sehingga remaja masih butuh pengawasan, bimbingan baik spiritual keagamaan dan emosional kekeluargaan yang harmonis. (nds)

 

Oleh : Nadia Deby Sukanti


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar