Peran Agama dan Pendidikan dalam Menekan Penyimpangan Media Digital

Nadia Deby Sukanti Mahasiswi Administrasi Negara Fekonsos UIN Suska Riau.

SIBERONE.COM - Fenomena  penyimpangan sudah hadir di tengah- tengah masyarakat sejak lama. Dari yang awalnya tersembunyi hingga terang-terangan. Penyimpangan ini lebih sering ditemui pada usia remaja seperti Lesbian, Gay, Biseksul, Transgender (LGBT). Belakangan ini perbincangan kian menghangat, dan menarik perhatian masyarakat baik di level desa, kota dan pusat. 

Kehadiran fenomena ini menimbulkan pro kontra di setiap negara. Beberapa negara mengakui hingga mendukung kehadirannya, tapi tidak sedikit negara yang menolak keras hingga membuat regulasi yang mampu memberikan efek jera. Beberapa negara yang menolak secara tegas ialah negara yang bermayoritaskan Islam. Dalam Islam perilaku LGBT adalah perilaku buruk dan merusak peradaban umat. LGBT menjadi suatu penyakit pada diri seseorang yang mengalami ketertarikan pada lawan jenis. Akibat ketertarikan hal ini mereka membentuk komunitas-komunitas, menjalin komunikasi melalui media sosial, melebarkan sayap, hingga merangkul setiap lapisan.

Di Indonesia sebagai salah satu negara bermayoritas Islam terbesar di dunia. Penduduk Islam yang agamis, masyarakat yang humanis, beragam suku, budaya mengedepankan nilai-nilai etika hingga tertuang dalam Pancasila. Pertanyaannya mengapa remaja Indonesia mengalami gangguan penyimpangan ini?.

Belakangan ini di salah satu provinsi yang ada di Indonesia di hebohkan tentang anak-anak sekolah dasar yang masuk ke dalam grup WhatsApp LGBT. Informasi ini disampaikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) yang ternyata suatu isu keliru. Akan tetapi dari isu ini membuktikan bahwa keberadaan komunitas tersebut benar adanya. Kewaspadaan baik dari peran pendidikan yang menanamkan nilai- nilai etika dan nilai-nilai agama. Kehadiran keluarga yang sehat menjadi benteng penghalang masuknya paham-paham LGBT yang beralasan kebebasan. 

Di lain sisi, Perkembangan media digital menjadi pengaruh kuat dalam pemasalahan kali ini. Kebebasan akses dunia maya menjadikan remaja yang salah dalam membaca konten yang memberikan pemahaman yang salah. Komunikasi tanpa batas yang remaja miliki dalam dunia sosial membentuk lingkungan baru, yang pada awalnya tidak sengaja. Setiap manusia memang diciptakan dengan beragam bentuk perilaku dan watak. Ada yang keras, lembut, tegas, penyayang yang hadir secara alamiah. Akan tetapi hal ini disalah artikan akibat dorongan luar, sehingga ini yang menjadi mengapa remaja Indonesia yang bermayoritas muslim, memiliki agama tau akan tuhan dan mana yang baik atau salah terjerumus dalam penyimpangan Lesbian, Gay, Biseksul, Transgender (LGBT).

Agama juga berperan penting dalam penyelesaian penyimpangan Lesbian, Gay, Biseksul, Transgender (LGBT). Kedekatan remaja akan agama dan pemahaman nilai-nilai spiritual jadi solusi terbaik yang harus dikuatkan. Karena semua agama mengajarkan kebaikan dan menjauhi dari hal-hal keburukan. Peningkatan spiritual ini mampu dilakukan dari jenjang pendidikan dan lingkungan masyarakat yang terus digalakkan.


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar