Pengaruh Negatif Teknologi Bagi Generasi Muda dan Agama

Nadia Deby Sukanti Mahasiswi Administrasi Negara Fekonsos UIN Suska Riau (sumber foto: Nadia)

SIBERONE.COM - Setiap agama senantiasa mengarah kepada kebaikan. Kebaikan yang agama ajarkan untuk kebermanfaatan penganutnya. Pemahaman agama berisikan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan nilai kepribadian. Segitu detailnya agama dalam mengatur kehidupan secara kompleks. Hal ini bertujuan agar penganutnya terhindar dari perbuatan buruk dan perbuatan yang melanggar kodratnya sebagai manusia, yaitu fitrah dalam kesucian.

Menurut Nadia Deby Sukanti Mahasiswi Administrasi Negara Fekonsos UIN Suska Riau, pengajaran nilai-nilai agama dalam setiap generasi merupakan hal yang paling utama dan harus diperkuat sejak dini. 

Ia mengatakan saat ini pengikisan nilai-nilai agama sangat mudah dilakukan, bahkan bisa dalam hitungan minggu, hari hingga jam. Kenapa demikian, karena kehadiran sebuah masa yang berisi dengan tantangan yang hadir didepan mata bahkan dalam genggaman setiap diri dari generasi.

"Inilah masa dimana segala aktivitas digantungkan pada sebuah satelit informasi dan teknologi yang canggih. Kehadiran ini menjadi suatu aktivitas tidak terlihat, tetapi menjadi kebutuhan krusial, hingga berujung kepada kecanduan. Itulah dia perangkat media sosial dengan segala turunannya," ucapnya

Penggunaan media sosial saat ini pada satu sisi menimbulkan kekhawatiran pada generasi muda. Generasi muda atau para remaja sekarang, pertumbuhan mereka diiringi dengan perkembangan teknologi. Hadirnya media-media sosial yang dimanfaatkan para remaja untuk bertukar informasi, menjalin komunikasi hingga membentuk jaringan relasi. Akan tetapi sangat disayangkan apabila remaja-remaja saat ini jauh dari nilai-nilai agama. Idealnya, agama menjadi dasar aturan seseorang bertindak. Agama berfungsi membedakan mana baik mana buruk, mana hak dan bukan hak.

Lebih dalam, Dia menjelaskan dapat dikatakan bahwa kehadiran media sosial pada remaja menimbulkan penyimpangan perilaku. Salah satu bentuknya yang belakangan banyak ditemukan berupa Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender yang disingkat dengan LGBT. Penyimpangan LGBT menjadi perilaku buruk bagi sebuah generasi, karena menyukai sesama jenis.

"Salah satu penyebabnya adalah keterbukaan informasi yang tanpa batas, apakah ruang publik atau ruang privat. Hal ini dikarenakan faktor diri seseorang yang merasa berbeda dengan jenis kelaminnya. Mereka menyadari bahwa mereka seorang perempuan atau seorang laki-laki, akan tetapi tidak mampu menekan hasrat yang timbul untuk saling menyukai sesama jenis," sebut Nadia.

Apabila ditelaah lebih dalam, keadaan tersebut disebabkan jauhnya seseorang dari agama dan nilai-nilai keagamaan. Manusia diberikan akal untuk berpikir. Akal inilah yang menjadi pembeda dengan makhluk lainnya. Tetapi akal tanpa agama akan menimbulkan kerusakan, karena agama mejadi dasar berpikir untuk kebaikan. Sehingga dalam kehidupan remaja-remaja saat ini haruslah ditanamkan nilai-nilai agama. Penanaman nilai keagamaan itu bisa dimulai dari keluarga. Keluarga sebagai wadah belajar pertama yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai agama. Sebagai Bapak misalnya, seharusnya memiliki aturan yang ketat untuk setiap kegiatan anak-anaknya dalam berproses pendidikan. Idealnya ada rancangan khusus dalam rangka menanamkan pahaman agama serta mengontrol setiap kegiatan anak-anaknya. 

"Pemahaman tentang pentingnya agama menjadi kebutuhan utama dan urgen. Memilih hidup dalam lingkungan yang agamis sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan penyimpangan perilaku berupa LGBT. Dan masih banyak lagi perilaku menyimpang yang dapat merusak generasi bangsa ini," pungkasnya. (NDS)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar