Akibat Pandemi Covid-19 Perekonomian Dunia Menghadapi Krisis yang Sangat Parah

Sumber Foto CNBC Indonesia (Tangkapan layar via youtube Bank Indonesia)

 

SIBERONE.COM - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan saat ini dunia tengah menghadapi krisis yang sangat parah. Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti.

Destry menjelaskan, perekonomian dunia saat ini masih rapuh dan berusaha untuk bangkit dari pandemi Covid-19. Namun, ketidakpastian kembali meningkat karena adanya tensi geopolitik Rusia dan Ukraina.

"Saat ini kita mengalami krisis yang sangat parah. Ini memperburuk gangguan pada rantai perdagangan dunia dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global," jelas Destry dalam diskusi virtual bertajuk Strengthening Economic Recovery Amidst Heightened Uncertainty, Jumat (22/4/2022).

ketidakpastian di pasar keuangan global," jelas Destry dalam diskusi virtual bertajuk Strengthening Economic Recovery Amidst Heightened Uncertainty, Jumat (22/4/2022).

Rusia dan Ukraina sebagai salah satu eksportir komoditas energi dan pangan, berimbas terhadap naiknya harga komoditas pangan dan energi global. Inflasi meningkat di banyak negara.

Bank sentral di negara maju bahkan sudah mulai melakukan normalisasi kebijakan moneternya, untuk merespon lonjakan inflasi yang terjadi.

"Tekanan inflasi berasal dari permintaan domestik yang terpendam, kenaikan harga komoditas, dan harga pangan akibat konflik Rusia dan Ukraina," jelas Destry.

Ketidakpastian di pasar keuangan global, kata Destry juga diperkirakan akan meningkat akibat terbatasnya aliran modal ke negara-negara emerging market, seiring dengan meningkatnya risiko capital reversal ke aset-aset safe haven, yang berpotensi memberikan tekanan lebih ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kendati demikian, menurut Destry Indonesia merupakan salah satu negara yang beruntung karena tidak memiliki dampak yang signifikan dari perang Rusia dan Ukraina. "Indonesia justru mendapatkan keuntungan khususnya ekspor karena Indonesia sebagai negara berbasis komoditas," tuturnya lagi.

Seperti diketahui, kinerja ekspor yang berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US$ 26,50 miliar, meningkat signifikan sebesar 29,42% jika dibandingkan bulan sebelumnya, juga naik 44,36% jika dibandingkan Maret 2021.

Pemulihan ekonomi yang berlangsung kuat juga dikonfirmasi melalui data indikator ekonomi pada Maret 2022, seperti penjualan ritel, ekspektasi konsumen dan PMI manufaktur.

"Permintaan domestik juga tumbuh sangat cepat di Indonesia dan kita dapat melihat bahwa pemulihan secara menyeluruh di sisi pengeluaran dan juga di sisi produksi dan bahkan di tingkat regional terjadi mulai pertengahan tahun 2021 hingga awal 2022," ucapnya.

"Oleh karena itu di Bank Indonesia memperkirakan ekonomi tahun 2022 akan tumbuh sekitar 4,5-5,3% lebih tinggi dari tahun 2021 dan 3,6% bahkan minus 2,7% di tahun 2019" kata Destry melanjutkan.

 

Sumber : CNBC Indonesia


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar