DPRD Lampung Ungkap Harga Singkong Anjlok


SIBERONE.COM - Anggota Komisi II DPRD Provinsi Lampung Veri Agusli HTB menyoroti permasalahan harga singkong di Lampung yang anjlok sejak pertengahan akhir tahun 2020 lalu.

 

Persoalan harga komoditas yang terjun bebas itu, kata Veri, banyak dikeluhkan para petani ketika dirinya melakukan reses awal Tahun 2021 di tiga kabupaten yakni Mesuji, Tulang Bawang, dan lampung timur.

 

Menurut Veri ada sejumlah persoalan yang menjadi biang kerok harga singkong petani anjlok. Di antaranya, panjangnya rantai distribusi hingga kesulitan dalam memasarkan hasil komoditas.

 

“Begitu banyak keterbatasan yang dihadapi petani hingga memicu rentetan permasalahan yang terjadi selama ini seperti harga singkong yang anjlok. Keterbatasan dalam memasarkan komoditas hingga panjangnya rantai distribusi membuat para petani terbelenggu,” kata Veri, dalam keterangannya,senin (22/02./2021).

 

Veri menyebutkan bahwa saat ini harga singkong di Lampung rata-rata berada di kisaran Rp600/kg-Rp800/kg. Harga ini membuat para petani kian terpuruk.

 

“Sedangkan pengusaha yang bahan baku pabriknya berasal dari singkong akan untung. Perhitungannya, harga singkong misal Rp 700/kg, tetapi harga tepung tapioka di tingkat pengecer Rp 8.000/kg (1.143%),” kata Veri.

 

Untuk mengatasi persoalan harga singkong di Lampung yang sering terjun bebas tersebut, Veri berpendapat ada baiknya apabila dipertimbangkan mengaktifkan kembali pabrik-pabrik tapioka di tingkat perdesaan yang berpotensi terhadap hasil pertanian tertentu. Hal ini diharapkan dapat memutus panjangnya rantai distribusi.

 

Anggota DPRD Lampung dari Fraksi Gerindra ini menegaskan beragam permasalahan yang dihadapi para petani tersebut menjadi pekerjaan rumah yang besar. Ia pun mendorong pemerintah untuk segera dapat mewujudkan kesejahteraan petani, salah satunya lewat bantuan teknologi.

 

“Untuk mendorong pemasaran, petani dapat mengiklankan produknya di website dan aplikasi kekinian agar dapat menjangkau pembeli di seluruh Indonesia. Tapi tentu saja ini ini perlu kehadiran peran pemerintah,” ujarnya.

 

“Saya berharap dengan metode ini ke depan dapat membantu petani dan pembeli dalam memangkas panjangnya rantai distribusi yang terjadi selama ini. Sehingga petani dapat menjual hasil keringatnya dengan harga layak,” kata Veri.

 

Menurut Veri, pihaknya juga akan mendorong Pemerintah agar dapat membantu merencanakan pasar bagi para petani menjual hasil produksinya pasca-panen. Kemudian, menyiapkan peta tentang situasi komoditas pertanian untuk setiap wilayah. “Dan ini bisa dilakukan oleh Dinas Pertanian,” kata dia.

 

“Tapi juga tentunya kami meminta agar petani dan masyarakat juga dapat terus mendukung segala upaya pemerintah, dalam mensejahterakan petani,” pungkasnya.(HN)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar