Ulah Oknum GPN Minta Uang Rp 2,5 Juta, Beberapa Security di PT Safari Pilih Mundur

Security (Ilustrasi) (sumber foto: Internet)

SIBERONE.COM - Dugaan pungli uang menimpa belasan security, yang bekerja di PT Safari Riau (SR), di bawah naungan perusahaan outsourcing PT Garda Prabu Nusantara (PT GPN), Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan, Riau. 

Dengan modus uang untuk perpanjangan kontrak kerja, PT GPN selaku perusahaan vendor yang bekerja di wilayah PT Safari Riau, meminta kepada masing-masing security Rp 2,5 juta. 

Jumlah security yang diminta uang pelicin ini, sebanyak 19 orang. Para security ini merupakan warga lokal, yang sudah bekerja di PT Safari Riau sejak beberapa tahun lalu. Namun kontrak dengan PT GPN, sejak Oktober 2022 lalu. Diketahui, PT Safari Riau merupakan anak perusahaan dari perusahaan modal asing (PMA) asal Malaysia, yaitu PT Adei Plantation & Industry.

Alhasil, dari 19 security di perusahaan tersebut, beberapa orang di antaranya memilih mundur, berhenti bekerja, karena tak sanggup membayar uang Rp 2,5 juta yang diminta. Riki, satu security yang mundur, yang juga merupakan Danru (komandan regu) security PT Safari Riau, mengaku kecewa dengan kebijakan permintaan uang perpanjangan kontrak tersebut. 

"Security yang bekerja di perusahaan itu dominan warga asli Pangkalan Kuras. Pak Riki sendiri sudah 5 tahun bekerja di PT Safari Riau ini. Tak pernah diperlakukan seperti ini. Ironisnya lagi, ini yang kedua kalinya uang perpanjangan kontrak diminta oknum PT GPN melalui korlap berinisial H," akunya kepada wartawan, Minggu (21/1/2024). 

Diceritakan lagi, di awal kontrak dengan PT GPN, Danru Riki bersama belasan security lainnya, sudah membayar administrasi sebesar Rp 2,5 juta di tahun 2022. Setelah genap bekerja 1 tahun di bawah naungan PT GPN, Riki dan 18 anggota security lainnya juga kembali diminta uang nominal yang sama, yakni Rp 2,5 juta, untuk biaya administrasi perpanjang kontrak. 

Di mana, jika biaya tersebut tidak dibayarkan, maka kontrak kerjanya akan diputus PT GPN. Karena tak tahan lagi atas sikap oknum PT GPN, akhirnya Riki sebagai Danru security dan beberapa anggota security lainnya, memutuskan untuk mundur, berhenti bekerja sebagai security di PT Safari Riau. 

"Karena sudah heboh dan jadi perbincangan warga kampung, PT GPN akhirnya memberikan keringanan dengan sistem cicil atau sistem potong gaji, dengan nominalnya tetap Rp 2,5 juta. Meski ada kebijakan ini, beberapa security pilih berhenti, termasuk Riki sebagai Danru. Sementara sebagiannya lagi kembali bergabung," terangnya seraya mengaku, persoalan ini sudah dilaporkan juga ke pihak terkait di Kabupaten Pelalawan. 

Untuk gambaran saja, meski pun ada uang pungutan dari vendor perusahaan security, biasanya itu hanya untuk pembelian seragam security saja. Itu pun biayanya maksimal hanya Rp 500 ribu per orang.

Menanggapi persoalan ini, Direktur PT GPN Rido Rustar SAP saat dikonfirmasi mengaku, tidak tahu tentang permasalahan ini. Sebab, untuk mengatur dan penempatan security, ada bidang Operasional yang mengurusinya. 

"Terus terang, di perusahaan kami ada dua yang kami urus selama ini, pendidikan dan security. Untuk security ini diurus bidang operasional. Jadi, saya tak tahu sampai ke bawah," janjinya. 

"Saya juga akan mengkoordinasikan ini ke bagian operasional. Bagaimana cerita yang sebenarnya. Saya juga berterima kasih sekali sudah diinformasikan masalah ini," akunya. 

Disinggung jika memang ada bukti sahih tentang pungli Rp 2,5 juta untuk perpanjangan kontrak security, Rido berjanji jajaran direksinya akan mengambil langkah tegas. 

"Kalau benar ada, itu memang tidak dibenarkan. Kita akan memberikan sanksi atau funishmen. Di perusahaan kita tak boleh ada seperti itu," sebutnya lagi.

Sementara itu, Manager PT Safari Riau Irwansyah saat dikonfirmasi via Ponselnya berkali-kali mengenai permasalahan ini, tak merespon hingga berita ini dirilis. Begitu juga dengan Manager PT Adei Plantation & Industry, Indra Gunawan saat dikonfirmasi, tak menggubris, meski Ponselnya aktif.(yan)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar