Komitmen Turunkan Stunting, Angka Prevalensi Kelurahan Sapat 2022 Capai 1,62 Persen

grafik prevalensi stunting tahun 2020, 2021dan 2022 di Kelurahan Sapat (Dok. Dinkes Inhil)

SIBERONE.COM - Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya masih menjadi PR penting bagi Pemerintah.

Bukan hanya Pemerintah, Intervensi anak kerdil (Stunting) juga memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis antara pemerintah serta dunia  usaha maupun masyarakat. 

Untuk itu, pada tahun 2022, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 40 lokus desa/kelurahan untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut. Kecamatan Kuala Indragiri sebagai salah satu kecamatan lokus khususnya kelurahan Sapat yang mengemban tanggungjawab dalam pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat Kecamatan.

Memiliki tanggungjawab yang begitu besar, kelurahan Sapat bersungguh-sungguh menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain Rembuk Stunting Bersama Kader se-Kecamatan Kuala Indragiri, Kegiatan Advokasi Germas Penurunan Angka Stunting (Demo makanan gizi seimbang berbahan dasar daun kelor), Pemantauan Rutin Tumbuh Kembang Anak di Posyandu, Pemberian PMT & Susu Anak Gizi Kurang dan Stunting, Pemberian Vitamin A dan Obat Cacing, Sosialisasi ASI Ekslusif, Penyuluhan tentang Pentingnya mengkonsumsi Tablet Tambah Darah terutama untuk Ibu Hamil dan Remaja Putri, Sosialisasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Berbagai upaya yang dilakukan kelurahan Sapat tersebut tergolong berhasil, dimana hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita Stunting di Kelurahan Sapat di tahun 2020 yaitu 19,89%, 2021yaitu 5,07% dan 2022 yaitu 1,62%. 

Namun dari keberhasilan itu, masih ada faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta di Kelurahan Sapat, mulai dari kurangnya partisipasi orang tua untuk membawa anaknya ke posyandu, faktor sosial ekonomi keluarga, pengetahuan kurang, terdapat beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi ketersediaan jamban atau pun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah.

Selanjutnya, juga masih ada balita yang belum mendapat imunisasi lengkap, riwayat ibu hamil pada masa kehamilannya kurang baik, kurangnya asupan gizi dan tidak terpantau kesehatannya karena tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur, adanya penyakit penyerta, remaja putrid telah mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah, namun ada sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur meskipun telah mendapatkanya karena kurangnya motivasi diri atau pun minat remaja putri tersebut untuk mengkonsumsi TTD tersebut.


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar