Kalimantan Barat Kandidat Pilot Project BioMassa


SIBERONE.COM - Penggunaan biomassa dalam co-firing energi  terus digencarkan oleh berbagai pihak, khususnya Pemerintah. Energi biomassa memiliki berbagai nilai strategis yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya lokal, pengelolaan multiusaha hutan produksi dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor energi. Untuk itu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi terus mengawal pemanfaatan biomassa dengan penyusunan kajian dan _business model_ keekonomian biomassa dalam pembangkitan energi. Kemenkomarves menggandeng Kementerian ESDM, IEA,KLHK,Pemprov Kalbar dan Universitas Tanjungpura dalam Rakornis Pembahasan Provinsi Kalimantan Barat sebagai calon Pilot Project  untuk Pengembangan Biomassa Energi nasional pada Jumat, (30-04-2021).

"Kalimantan Barat kaya dengan berbagai sumber daya alam. Limbah perkebunan sawit, limbah industri kayu, masih dapat diolah menjadi biomass. Ini memberikan nilai tambah produk kehutanan, pengelolaan limbah yang berhasil guna dan sebagai bagian dari mencapai berbagai sasaran strategis dari pemanfaatan sumber daya lokal Kalimantan Barat berupa energi biomassa," buka Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti. 

Menurutnya, Kalimantan Barat sebagai salah satu kandidat Pilot Project  untuk Pengembangan Biomassa Energi Nasional dilakukan atas pertimbangan adanya potensi biomassa dan tantangan peningkatan rasio elektrifikasi di Kalimantan Barat, "Merupakan wilayah dengan hutan produksi tanaman energi terluas di Indonesia, adanya PLTU yang sudah melakukan _co firing_ batu bara dan biomassa dan PLTBm berbahan baku biomassa.  Kalimantan Barat juga memiliki bahan baku yang melimpah baik dari hutan energi, limbah industri kayu sampai limbah sawit. sejatinya memberikan peluang besar bagi pengembangan sektor biomassa di wilayah ini," ungkapnya. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Adi Yani mewakili Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengungkapkan bahwa potensi Kelapa Sawit di daerahnya begitu luas, dan juga memiliki limbah cangkang sawit, tandan kosong sawit (tankos) sampai batang yang tentu harus diolah, "Semua limbah sawit ini yang dulunya dianggap sampah ternyata memiliki nilai  tambah. Pemanfaatan limbah sawit sebagai sumber energi biomassa dapat berfungsi sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, sudah dimanfaatkan Kalimantan Barat" ungkapnya. Adi Yani menjelaskan bahwa tingginya nilai cangkang sawit mengakibatkan produk ini banyak diekspor ke berbagai negara. Tapi, bagian-bagian sawit seperti tankos dan batang sawit masih dapat dimanfaatkan.

Tidak terlepas dari potensi, pengembangan energi biomassa ini juga menghadapi berbagai rintangan. Tingginya biaya imvestasi yang harus dikeluarkan, belum ada regulasi yang efektif, sulitnya mobilisasi bahan baku, belum adanya industri pengolahan wood pellet dan woodchip yang aktif  menjadi pertimbangan bagi semua pihak. "Hal ini tentu tidak menghalangi kita semua dalam terus mengembangkan potensi energi biomassa," tambah Kadin Adi. 

Energi listrik tentu menjadi kebutuhan pokok kehidupan masyarakat. Dengan adanya fakta bahwa ketersediaan energi listrik yang belum merata khususnya di Kalimantan Barat, potensi lokal perlu terus dikembangkan.

Pemanfaatan energi fosil  memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan berpengaruh pada  perubahan iklim. Sehingga, energi alternatif mampu mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi alasan kuat kebijakan _co firing_ energi fosil (batubara) dan biomassa.  

Bertempat di rektorat Universitas Tanjungpura, Pontianak, rakornis diadakan secara hybrid. Acara ini turut mengundang berbagai pemangku kepentingan yang ada. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Adi Yani mewakili Gubernur Kalimantan Barat, Rektor Universitas Tanjungpura, Prof. Garuda Wiko, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Prof. Gusti Hardiansyah, perwakilan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia Endro Siswoko, Ketua Masyarakat Energi Biomassa Indonesia Djoko Winarno, Kementerian ESDM, PLN regional Kalimantan Barat, para pelaku usaha, dan akademisi turut melengkapi diskusi ini.
Rakornis  langsung dimoderatori oleh Asisten Deputi Pengelolaan Produk Kehutanan dan Jasa Lingkungan Farianna Prabandari, dengan pemateri Gusti Hardiansyah dan Djoko Winarno.

Membuka diskusi, Dekan Gusti menegaskan  bahwa perlu adanya regulasi agar energi biomassa dari hulu ke hilir dapat menguntungkan dan menarik minat para pelaku usaha, "Diperlukan pula dukungan IPTEK untuk pengembangan teknologi biomassa di berbagai desa, serta adanya komitmen dari berbagai pihak khususnya PLN untuk kerjasama tata niaga," tuturnya. Dekan Gusti juga merekomendasikan pembangunan Pilot Project ini menggunakan model bisnis pemanfaatan limbah sawit dan kaliandra, dimana berbasis KHDTK sebagai pusat riset yang menunjuk Untan sebagai lead institution dengan 11 desa dan perusahaan terkait. 

Melanjutkan, Djoko menyampaikan berbagai potensi yang dapat terus digali oleh berbagai pihak terkait energi biomassa, “Indonesia masih membutuhkan ketersediaan listrik yang lebih merata, sedangkan Sumber energi yang masih terus di impor dari luar tentu mampu merugikan perekonomian,” ungkapnya. Sebagai pengusaha, Djoko juga menegaskan bahwa pemanfaatan energi biomassa sejatinya tidak akan merugikan jika semua pihak mampu bekerja sama dan satu suara, dengan tujuan bagi masyarakat yang lebih sejahtera. 

Diskusi dalam Rakornis berlangsung aktif dan menampung berbagai masukan serta saran dari berbagai pihak terlibat dengan baik. Selain itu, juga dilaksanakan pemaparan model teknologi pengolahan energi biomassa yang dimiliki oleh Universitas Tarumanegara secara langsung. Mesin tersebut merupakan prototype pertama yang di produksi oleh Fakultas Teknik Untar yang sudah mampu memproduksi wood chip dan wood pellet bersamaan. Mesin ini menjadi salah satu keseriusan dari Untar dalam pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknologi pemrosesan energi biomassa.

"Diharapkan rakornis ini dapat menyusun rancangan pilot project yang berbasis pada pemetaan potensi dan permasalahan yang ada, sehingga pengembangan biomassa energi di Kalimantan Barat ini dapat mencakup seluruh proses dari hulu ke hilir," tutup Deputi Nani. (HS)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar