SIBERONE.COM - Generasi merupakan tongkat penerus yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Saat ini gejolak ketidakpastian dalam kehidupan kian memanas dan tidak bisa diprediksi. 

 

Inilah zaman VUCA yaitu volatility (volatilitas), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas) yang merupakan kombinasi kualitas yang jika digabungkan mencirikan sifat dari beberapa kondisi dan situasi yang sulit. Dengan kondisi seperti ini diharuskan setiap generasi, baik itu generasi X, Y, dan Z untuk menyusaikan diri.

 

Sebelumnya kita telah membahas terkait generasi X, Y, dan Z sehingga pada tulisan kali ini kami akan membahas terkait era VUCA dan bagaimana generasi harusnya menghadapi era tersebut.

 

Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita memahami apa yang dimaksud dengan VUCA. Secara detail sebagai berikut.

 

1. Volatility (volatilitas)

Volatilitas suatu keadaan pada kecenderungan untuk berubah dari satu keadaan ke keadaan lain. Dalam kondisi tertentu, keadaan yang awalnya aman akan berubah menjadi ricuh atau tidak aman, berubah dengan cepat dari stabil menjadi tidak teratur. Ini memberikan implikasi lain bahwa kondisi volatile adalah kondisi yang berbahaya.

 

Hal yang menarik tentang volatilitas adalah meskipun dapat mewakili bahaya, namun juga dapat mewakili peluang. Intinya adalah: volatilitas bagus jika kita mencari peluang dan buruk jika menyukai prediktabilitas.

 

Pada posisi ini dibutuhkan generasi yang mampu menangkap peluang dari kondisi yang berbahaya serta generasi harus cepat tanggap dalam membaca situasi agar tidak terjerumus ke situasi berbahaya.

 

2. Uncertainty (ketidakpastian)

Ketidakpastian mengacu pada kurangnya informasi spesifik, yang dapat ditemukan dengan menjawab pertanyaan spesifik. Menanyakan “apakah hari ini akan hujan?” adalah suatu pertanyaan yang berupaya pada ciri ketidakpastian. Hal ini mengharuskan setiap generasi mencari serta menggali secara mendalam terkait suatu informasi yang didapatkan. Sehingga tidak adanya kesalah pahaman terkait informasi tersebut.

 

3. Complexity (kompleksitas)

Kompleksitas mengacu pada jumlah komponen, hubungan antar komponen. Penggunaan kompleksitas oleh orang awam yang normal cenderung terlalu menyederhanakan ruang lingkup masalah praktis yang dihadapi para pemimpin dalam organisasi.

Kompleksitas berbeda dari “rumit”. Masalah yang kompleks dapat dipahami dengan analisis dan investigasi sebelumnya, berbeda dengan rumit.

 

Maka saat ini permasalahan yang timbul dari segala aspek yang saling berkaitan menjadi salah satu contoh dari kompleksitas. Sehingga setiap generasi baik itu dari kalangan X, Y, dan Z harus mampu beradaptasi terhadap situasi yang muncul secara bersamaan dan rumit.

 

 4. Ambiguity (ambiguitas)

Dimbil dari bahasa latin “ambi-” mengacu pada banyak atau tidak tetap, seperti penggunaannya dalam kata ambiance dan ambidextrous.

 

Bahasa ambigu adalah bahasa yang dapat diartikan secara berbeda. Ambiguitas merupakan penyebab stres bagi banyak orang (terutama mereka yang bekerja di organisasi yang terstruktur dengan baik) karena gangguan yang disiratkan oleh ambiguitas tidak nyaman.

 

Dari ketiga hal yang telah disampaikan sebelumnya mengantarkan kita pada posisi ambiguitas. Hal ini akan terjadi apabila setiap generasi tidak mampu menyesuaikan dirinya pada keadaan-keadaan tersebut. 

 

Posisi ini akan memberikan efek yang sanggat buruk seperti stress yang berujung pada terganggunya psikologis setiap generasi atau depresi. Maka dengan demikian setiap generasi baik itu geberasi X, Y dn Z harus bisa mengerti dari setiap keadaan dan harus mampu mengendalikan tinggkat kebinggungan, ketidak pahaman dengan mencari informasi terhadap situasi agar terhindar dari kondisi ambiguitas. Semoga bermanfaat.

 

Oleh: Nadia Deby Sukanti (Mahasiswi Administrasi Negara UIN Suska Riau)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar