Kejar Target Bauran EBT 23 Persen, Simak Seminar Bioenergi PLN di Sini

Dokumentasi (istimewa)

SIBERONE.COM - PT PLN (Persero) melakukan upaya pengurangan emisi global dengan memasifkan penggunaan sumber energi bersih dan mengurangi porsi energi fosil khususnya di pembangkitan. Apalagi, dengan target _carbon neutral_ tidak bisa lagi mengandalkan energi fosil yang akan habis. Pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan mengolah sumber daya yang ada di dalam negeri menjadi jawaban dari kebutuhan energi di tengah tantangan global yang fluktuatif. 

Selaras dengan hal tersebut, PLN bersama Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN akan menggelar seminar bioenergi bertema "Peningkatan Bauran EBT 23% melalui Keberlanjutan Pasokan Bahan Bakar _Cofiring_ dan Pembangkit Bioenergi" pada Hari Kamis (30/6). 

Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan saat ini PLN sendiri sudah menggunakan bioenergi ini di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) melalui teknologi _cofiring_. Melalui teknologi ini, PLN tak hanya mengurangi angka ketergantungan akan batu bara tetapi juga menghasilkan energi yang lebih bersih. 

"_Cofiring_ merupakan sebuah teknologi substitusi batubara dengan bahan bakar biomassa yang bersumber dari tanaman energi, limbah perkebunan, limbah pertanian, limbah pertukangan, bahkan hingga sampah domestik," ujar Wiluyo. 

Dari Program _cofiring_ tersebut, PLN telah menghasilkan energi hijau hingga 487 MWh di mana pencapaian tahun 2021 sebesar 269 Mwh dan Jan s.d Mei tahun 2022 sebesar 218 MWh. Hingga Mei, PLN mengimplementasikan teknologi ini di 32 PLTU di seluruh Indonesia. 

"Pencapaian ini menjadi bukti keseriusan PLN mendukung Pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) menuju target 23% di tahun 2025," ujar Wiluyo. 

Dalam pelaksanaan _cofiring,_ PLN Grup telah membangun rantai pasok penyediaan bahan baku biomasa melalui pendampingan, pengembangan,  pembudidayaan tanaman energi, limbah antara lain serbuk kayu atau _sawdust_, _woodchip_, bonggol jagung dan _solid recovered fuel_ (SRF) dari sampah, untuk siap digunakan sebagai bahan baku biomasa cofiring. 

"Di mana kebutuhan akan biomassa ini membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah maupun tanaman energi sebagai bahan baku biomassa tersebut," tambah Wiluyo. 

Untuk tahun 2022 diperkirakan kebutuhan biomassa untuk bahan bakar _cofiring_ mencapai 450.000 ton. hingga 2023 naik 5 kali menjadi 2,2 Juta ton dari berbagai jenis biomassa. Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, PLN telah mendapat kepastian pasokan dari sinergi BUMN, Pemerintah Daerah, bahkan hingga pihak swasta. 

"Tentunya, upaya ini juga sesuai dengan pemenuhan _Sustainable Development Goals_ (SDGs) poin 1 tanpa kemiskinan, 3 kehidupan sehat dan sejahtera, 7 energi yang bersih dan terjangkau, 8 pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta 13 memerangi perubahan iklim dan dampaknya," tutup Wiluyo. 

PLN mengajak semua masyarakat maupun stakeholder terkait untuk terlibat dalam diskusi ini. Seminar ini dapat disaksikan melalui youtube https://s.id/SideEventG20, agenda ini akan menghadirkan pembicara dari berbagai bidang, di antaranya Akademisi IPB, Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, MSC, Akademisi UGM, Dr. Ir. Tumiran M.Eng. Ph,D dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, Ir. Hadi Siswoyo, MM. 

 

Sumber Humas PLN 


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar