Indragiri Hilir Berduka, Mantan Bupati 2 Periode Wafat Hari Ini
DPRD Inhil Gelar Paripurna ke-4 Penyampaian LKPJ Pj Bupati Tahun 2023
Pj Bupati Inhil Hadiri dan Buka Sosialisasi Kerja Sama Daerah 2024
Virus Hendra Menjadi Perbincangan, Epidemiolog Unair Sebut Lebih Mematikan Dari Covid-19
SIBERONE.COM - Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menyebut varian virus Hendra (hev) memiliki tingkat kematian lebih tinggi daripada Covid-19 yang telah merenggut ratusan ribu nyawa di Indonesia.
Virus Hendra belakangan menjadi perbincangan publik usai peneliti dari Griffith University, Australia, menemukan varian virus Hendra baru yang bisa menular ke hewan dan manusia. Penyakit ini sebelumnya sempat muncul pada tahun 1994 dan 2016.
"Fatality rate atau tingkat kematiannya lebih tinggi. Jika Covid-19 pada tingkat 3-4 persen, virus Hendra berada pada tingkat 50 persen kematian," kata Laura dalam keterangan tertulis yang dikutip dari situs resmi Unair, Jumat (3/6).
Kendati lebih mematikan, namun Laura menyebut virus Hendra umumnya masih jarang ditemukan pada manusia. Berdasarkan data dari tahun 1994 hingga 2013 dilaporkan tujuh kematian manusia akibat virus ini.
Laura kemudian menjelaskan, virus Hendra ditemukan tahun 1994 pada wabah penyakit di kawasan Hendra, Brisbane, Australia. Virus yang bersumber dari kelelawar ini dapat menyerang sistem pernafasan dan neurologi pada hewan dan manusia.
"Setelah ditelusuri, virus ini ternyata bersifat zoonosis yakni bisa berpindah dari host ke host, dari hewan ke manusia," kata dia.
Laura juga menjelaskan bahwa virus Hendra berpeluang masuk ke tubuh manusia melalui perantara hewan mamalia seperti Kuda. Ia menyebut, virus Hendra dapat menular ke manusia melalui kontak erat, disertai tingkat higienitas yang rendah.
Adapun ia menyebut penularan virus Hendra dari kelelawar ke kuda menjadi wajar, terlebih mengetahui fakta bahwa keduanya memiliki habitat yang sama. Penularan virus terjadi melalui droplet.
Kemudian, kelelawar pemakan buah yang memiliki habitat dengan kuda, dapat melakukan buang kotoran atau urine yang akhirnya bercampur dengan rumput yang menjadi makanan kuda. Sehingga rumput yang akan dimakan kuda terkontaminasi dengan virus tersebut.
Lebih lanjut, Laura menjelaskan penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan gejala demam, batuk, sakit pada tenggorokan, ataupun ensefalitis atau radang otak. Laura sekaligus menegaskan hingga saat ini sebaran virus Hendra belum terdeteksi di Indonesia. Kendati demikian, ia meminta seluruh pihak untuk tetap waspada.
"Mengingat Indonesia juga memiliki hewan ternak yang tidak sedikit, pemerintah juga harus menyadari dan mengawasi bagaimana surveillance-nya, bagaimana cara agar hewan termasuk kuda tidak terjangkit virus Hendra," ujar Laura.
Sumber: CNN Indonesia
Berita Lainnya
Buka Seminar Nasional 'Pers Merawat Perbatasan', Gubernur Ansar Minta Pers Tingkatkan Kompetensi
Rapat Percepatan Penyerahan Angaran Tahun 2022, Kakanwil : “PPK Yang Merasa Tidak Sangup, Silahkan Undur Diri!”
Forkopimda Kabupaten Kendal Tinjau Posko PPKM Berbasis Mikro
HUT ke-75, Persit KCK Cabang LIV Kodim 0314/Inhil Gelar Syukuran
Polres Tolikara Lakukan Pengawalan dan Pengamanan Vaksinasi Tahap II Bagi Nakes
Dilanjutkan Setelah Lebaran, Penimbunan Ruas Jalan Sungai Beringin Disetop Sementara
Lowongan Kerja Foresstheree Cofee Tembilahan, Ini Kualifikasinya
Bantu Korban Banjir, Dinkes Inhil Buka Posko Pelayanan Kesehatan di Desa Kuala Sebatu
Menkominfo Menyesalkan Maraknya Infodemi di Masyarakat dan Menginstruksikan Semua Platform Media Sosial untuk Sigap Mencegah Penyebarannya
Tutup MTQ tingkat Kecamatan Sungai Apit, Alfedri harap Al-Qur’an membumi di Sungai apit
Mulyanto: Menuju Kabupaten Tegal Bangkit dari Covid-19 Paradigmanya Harus Berubah, Begini Penjelasannya
5 Anggota Polisi Dikeroyok Warga Saat Berusaha Tangkap Bandar Narkoba di Sumut