Hijrah Penjaga Warnet, Kini Vice President of Engineering Perusahaan Decacorn Pertama di Indonesia


SIBERONE.COM - Siapa sangka, Edi Kurniawan (32), lulusan SMK Islamiyah Adiwerna dari jurusan otomotif yang sempat menjadi penjaga warnet ini kini dipercaya oleh perusahaan rintisan decacorn pertama di Indonesia untuk menjabat sebagai vice president of engineering. Kemampuannya menguasai 24 bahasa pemrograman komputer untuk membangun sistem jaringan, aplikasi, keamanan hingga database ia peroleh secara otodidak.

Selain bekerja di perusahaan bervaluasi 10 miliar dollar AS, pemegang sertifikat Google sebagai Associate Android Developer 2017-2020 ini juga merintis sejumlah perusahaan startup, salah satunya PT Kasyr Sibernetika Indonesia dengan produk unggulannya Kasyr, aplikasi pengelolaan keuangan berbasis komputasi awan.

Baru-baru ini, Pemkab Tegal menjalin kerja sama dengan perusahaan pengembang aplikasi digital yang berkantor di Trasa Coworking Space (TrackingSpace), Slawi ini untuk mengawal program UMKM Go Digital.

Perusahaan rintisan atau startup Kasyr Sibernetika Indonesia didirikan di Kabupaten Tegal awal tahun 2021, di mana Edi Kurniawan menjabat sebagai chief executive officer (CEO) sekaligus founder-nya. Salah satu produk unggulannya adalah Kasyr, aplikasi point of sale untuk membantu pencatatan laporan keuangan pelaku usaha dari neraca rugi laba, stok barang hingga evaluasi kinerja keuangannya.

Salah satu perusahaan bisnis yang telah menggunakan aplikasi berbayar ini adalah waralaba rumah makan Ayam Gedebuk milik Nex Carlos, youtuber kuliner dengan 4,2 juta subcriber.

Tak hanya berbisnis di aplikasi pengelolaan keuangan, Kasyr Sibernetika Indonesia juga mendedikasikan sumber dayanya untuk mengembangkan ekosistem digital di Kabupaten Tegal, salah satunya membangun ulang aplikasi Lapor Bupati Tegal dengan menambahkan sejumlah fitur seperti PeduliLindungi dan kompatibilitasnya pada iOS, sistem operasi seluler pada iPhone. Saat ini Edi juga tengah membantu mengembangkan aplikasi UMKM Bangkit besutan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tegal.

Edi mengungkapkan, pertimbangannya menempatkan PT Kasyr Sibernetika Indonesia di Kota Slawi adalah untuk membangun persepsi publik bahwa Kabupaten Tegal mampu menjadi ekosistem tumbuh kembangnya perusahaan rintisan atau startup di bidang IT yang selama ini identik adanya kota-kota besar.

Terlebih, lanjut Edi, Pemerintah Kabupaten Tegal memiliki komitmen yang luar biasa dalam upayanya membangun ekosistem digital lewat TrackingSpace. Ia pun mengapresiasi ajakan Bupati Tegal Umi Azizah untuk ikut serta mengawal program UMKM Go Digital di Kabupaten Tegal dan memantapkan langkahnya merintis usaha di bidang pengembangan teknologi informasi di Kota Slawi.

Profil Edi Kurniawan

Edi Kurniawan lahir di Kagok, Kecamatan Slawi tanggal 22 Juli 1989 dari pasangan Mulyadi dan Emida. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang tinggal di rumah kontrakan sederhana di wilayah Kagok. Kini, saudara kandung dan orang tua Edi tinggal di Jalan Randu Kelurahan Kagok, Kecamatan Slawi. Sementara Edi, selain banyak tinggal di Jakarta, juga menempati rumahnya di Jatibarang, Brebes bersama sang istri, Ade Rukmana dan putra semata wayangnya Aryan Febriansyah.

Menurut penuturan Edi, semasa kecil ia termasuk anak introvert yang tidak banyak bergaul dengan teman sebayanya. Masa sekolah dasarnya dituntaskan di SD Negeri 03 Slawi Kulon tahun 1995-2001 dan dilanjutkan dengan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 03 Slawi tahun 2001-2004.

Menginjak masa remaja, sifat introvert Edi perlahan terkikis setelah ia masuk SMK Islamiyah, Adiwerna tahun 2004-2007 dan bermain band bersama teman sekolahnya sebagai pemain gitar. Adapun pendidikan formal sarjananya ia tempuh di STIMIK Indonesia, Jakarta tahun 2013-2017 dengan mengambil jurusan sistem informasi.

Tertarik pada Komputer

Ketertarikan Edi pada perangkat komputer sudah dimulai sejak duduk di bangku SMK. Meski mengambil jurusan otomotif, namun Edi justru lebih tertarik dengan ilmu komputer. Ia pun rela menghabiskan waktunya bermain di warnet untuk belajar komputer. Kebiasaan Edi bermain ke warnet ini sempat membuat orang tuanya resah dan terpaksa membelikan perangkat komputer desktop intel pentium III agar betah tinggal di rumah.

Dari sinilah Edi mulai belajar tentang arsitektur komputer dengan membongkar pasang perangkat keras dan menginstalasi perangkat lunak. Kecintaannya pada perangkat digital tersebut terus berlanjut sampai kemudian ia memutuskan bekerja sebagai penjaga warnet di Bina Cendikia, Kagok usai lulus SMK di tahun 2007. Alasannya sederhana, di warnet ia bisa mendapatkan akses internet gratis tanpa batas.

Hijrah ke Jakarta

Profesi sebagai penjaga warnet terpaksa ia tanggalkan setelah pendapatannya untuk membayar cicilan sepeda motor dan kebutuhan hidup lainnya tidak mencukupi. Berbekal informasi lowongan kerja dari teman, dengan mengendarai sepeda motor cicilannya tersebut, Edi memutuskan hijrah pergi ke Jakarta tahun 2011.

Dan untuk pertama kalinya pula di Jakarta Edi bekerja sebagai pegawai kontrak di PT Macro Trend Services, perusahaan penyedia jasa teknologi dengan posisi technical support yang tugasnya merakit komputer desktop dan menginstal sistem operasinya. Dari sini Edi berkesempatan belajar sistem operasi server dan pemasangan jaringan sisco seperti router dan switch.

Kutu Loncat Perusahaan IT

Tepat satu tahun kontraknya habis, Edi pun keluar, tidak memperpanjang kontrak kerjanya dan lebih memilih tawaran dari PT Fujitsu Indonesia, kliennya saat bekerja di PT Macro Trend Services. Oleh Fujitsu, Edi dinilai piawai memperbaiki sistem jaringan dan memahami topologinya secara cepat sehingga ia ditempatkan sebagai project manager di Fujitsu Ten Manufacturing Indonesia.

Tugasnya di sini adalah melakukan pengaturan server secara virtual di mana satu unit server utama bisa memiliki lebih dari satu sistem operasi server yang disebut shimono server atau virtualisasi server menggunakan VMWare untuk memanufaktur perangkat produk Fujitsu yang memerlukan enterprise resource planning (ERP).

Baru sebulan menjalankan tugasnya, ia pun dipercaya membantu pengembangan sistem informasi ERP setelah sebelumnya mendapatkan pelatihan dari Fujitsu Ten Solutions Philippines (FTSP). Setelah proyek pengembangan sistem informasi ERP selesai tahun 2013, Edi kembali ditarik ke PT Fujitsu Indonesia dan mendapat jabatan baru sebagai IT Manager Bank of Tokyo, Mitsubishi sampai tahun 2014.

Dari sini Edi banyak belajar hingga mampu menguasai sistem core banking seperti real-time gross settlement (RTGS) generasi II, sistem kliring negara generasi II, modul penerimaan negara generasi II, dan treasury bank.

Keluar dari perusahaan Fujitsu untuk fokus kuliah, Edi memutuskan masuk kembali ke dunia kerja dan bekerja di PT Honeywell Indonesia tahun 2015 sebagai IT Manager. Selain mempelajari software development kit (SDK) ia juga berkesempatan membedah sistem kerja perangkat elektronik produk Honeywell dan microcontroller untuk internet of things (IOT) seperti smart home, security system, dan solar cell. Salah satu proyek prestisius yang dikerjakannya di perusahaan ini adalah membuat dashboard bussiness intelligence Pertamina.

Pengalamannya bekerja sebagai IT Manager di Honeywell Indonesia ia jalani hingga tahun 2017 sebelum akhirnya memutuskan keluar untuk fokus mengembangkan perusahaan rintisan. Meskipun pada pertengahan Agustus 2020 lalu Edi diminta oleh salah satu perusahaan decacorn pertama di Indonesia untuk menangani research development in technology dan menduduki jabatan sebagai vice president of engineering hingga sekarang.

Mengembangkan Perusahaan Rintisan

Berbekal pengetahuan dan mengantongi segudang pengalaman kerja dari sejumlah perusahaan IT, Edi mencoba peruntungan dengan merintis pendirian perusahaan startup di bawah bendera PT Whita Aplikasi Nusantara di tahun 2017. Di sini, ia berperan sebagai chief technical officer (CTO) dan Henry Firiansyah Yusuf sebagai CEO sekaligus investornya. Hingga sekarang, sedikitnya sudah ada 18 aplikasi berhasil ia ciptakan, salah satunya perbaikan sistem Pertamina Transcontinental yang mewajibkan penggunaan ASP.Net Core2.

Perusahaan startup lain yang sempat ia rintis adalah PlayPay, sebuah platform aplikasi khusus untuk forum pemain game, termasuk e-sport. Meskipun akhirnya berhenti di tengah jalan karena kebijakan investor.

Terakhir, di awal tahun 2021, Edi melebarkan sayap bisnisnya dengan merintis PT Kasyr Sibernetika Indonesia dan membuka kantornya di lantai satu TrackingSpace, Kota Slawi. Salah satu produk rintisan yang menjadi unggulannya adalah aplikasi Kasyr.

Mendirikan CyberEye Community

Resah dengan rendahnya literasi digital pelajar ataupun mahasiwa yang tengah menempuh pendidikan informatika mendorong Edi membuat forum atau komunitas sosial CyberEye Community di Jakarta tahun 2016. Forum nirlaba, wadah berbagi ilmu seputar perkembangan teknologi informasi ini ia dedikasikan khusus untuk masyarakat nusantara.

Tercatat sedikitnya 8.700 orang telah menerima manfaat dari kelas atau workshop yang diselenggarakan CyberEye Community ini. Mereka banyak tersebar di Jakarta, Padang dan sebagian Jawa Tengah. Melalui komunitas ini, 60 persen anggotanya belajar pemrograman aplikasi mobile, 20 persen belajar pemrograman laman dan 20 persen belajar IOT, termasuk di dalamnya robotika sederhana menggunakan pemrograman microcontroller

Soal robotika ini, Edi pun pernah memberikan pengajaran dan pendidikan ke sejumlah anak sekolah dasar dan SMP di Kabupaten Tegal dan memberangkatkan sebagian diantaranya untuk mengikuti MakeX 2019 Competition atau kompetisi robot makeblock di Jakarta.

Robot Makeblock ini dipilih Edi sebagai sarana pengenalan literasi digital pada anak sejak dini karena memenuhi unsur pembelajaran STEM yaitu science, technology, engineering, arts, and mathematics.

Harga satu unit robot Makeblock standar ini berkisar Rp 2,5 juta dan ia memiliki 12 unit, di mana empat unit diantaranya sudah dihibahkan ke SMK Negeri 1 Slawi dan SMK An-Nur Slawi sebagai media pembelajaran siswa.

Tumbuh Berkembang Bersama Komunitas

Usai mengantongi sertifikat Associate Android Developer 2017-2020 dari Google, Edi pun terus bergerak membagikan ilmunya, termasuk menjadi mentor bagi siswa SMK dan mahasiswa Tegal jurusan sistem informasi mengikuti ajang kompetisi Flutter Hackathon International, sebuah kompetisi global Flutter di tahun 2018. Kompetisi internasional pembuatan aplikasi Android berbasis flutter dalam sehari ini diikuti oleh dua komunitas perwakilan dari Indonesia, salah satunya CyberEye Tegal setelah yang lainnya tersingkir di babak seleksi.

Motivasinya berbagi ilmu teknologi informatika dan mendorong keikutsertaan generasi muda asal Tegal merambah dunia kompetisi digital ini adalah untuk membuktikan bahwa anak-anak muda di Kabupaten Tegal bisa dan mampu bersaing di bidang teknologi informasi, disamping menumbuhkan developer atau pengembang aplikasi muda sebagai agen penguat literasi digital di masyarakat. (HS)


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar