Mangrove Day 2025, Generasi Muda dan Komunitas Tembilahan Serukan Aksi Jaga Pesisir

Mangrove Day 2025, Generasi Muda dan Komunitas Tembilahan Serukan Aksi Jaga Pesisir

SIBERONE.COM — Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia 2025, kegiatan bertajuk “Mangrove Talk” digelar di Lapangan Gajah Mada, Tembilahan, Sabtu (26/7/2025). Dengan mengangkat tema “Suara Mangrove: Dari Muda, Komunitas, untuk Alam”, acara ini menjadi ruang diskusi bagi generasi muda dan komunitas dalam membahas peran mereka dalam menjaga ekosistem mangrove.

Kegiatan yang dihadiri oleh siswa-siswi sekolah menengah atas se-Kota Tembilahan ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Harlen dari LPHD Perigi Raja, Siti Masfiroh dari Yayasan Mitra Insani, dan M. Rifai selaku Putra Mangrove 2024. Diskusi dipandu oleh M. Rukim sebagai moderator. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Insani selaku penyelenggara utama Mangrove Day 2025.

Dalam diskusi, M. Rifai menekankan pentingnya edukasi dasar mengenai mangrove kepada masyarakat. "Ketika kami turun ke lapangan, banyak teman-teman yang belum tahu pentingnya mangrove. Maka dari itu, kami mulai dengan memberikan pemahaman dasar tentang mangrove," ujarnya. Rifai juga menambahkan bahwa ajang pemilihan Putra Putri Mangrove menjadi wadah kolaborasi generasi muda dalam upaya pelestarian lingkungan.

Sementara itu, Siti Masfiroh menggarisbawahi kontribusi Yayasan Mitra Insani dalam pemberdayaan masyarakat pesisir melalui studi literatur dan program perikanan. "Kita memiliki 16 enumerator yang melakukan pendataan udang dan kepiting di wilayah pesisir. Jika sungai tidak dijaga, maka nelayan juga akan kesulitan menangkap hasil laut seperti kepiting," jelasnya. Ia menegaskan bahwa menjaga pesisir berarti merawat masa depan bersama.

Harlen dari LPHD Perigi Raja turut menyampaikan tantangan dalam mengelola kawasan hutan mangrove. Ia menilai bahwa meski rehabilitasi telah dilakukan di banyak titik, masih banyak masyarakat yang belum memahami vitalnya fungsi ekosistem mangrove. "Kami terus melakukan pendampingan dan edukasi agar masyarakat turut andil dalam menjaga lingkungan," katanya.

Dalam sesi tanya jawab, para peserta menanyakan isu-isu konkret, termasuk persoalan sanitasi dan pencemaran di wilayah mangrove. Para narasumber menegaskan bahwa masyarakat dan relawan aktif melakukan patroli untuk mencegah peracunan sungai dan illegal logging. "Jika sungai terus diracun, maka tanaman seperti nipah akan runtuh sedikit demi sedikit. Ini bisa mempercepat abrasi," ungkap Rifai.

Kegiatan Mangrove Talk ini menjadi momentum penting untuk mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, agar lebih peduli dan terlibat dalam pelestarian lingkungan, khususnya ekosistem mangrove yang menjadi benteng alami pesisir.

 


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar