Banjir di Kelsel Farhat Abbas Buka Suara, Ada Apa?

Senin, 25 Januari 2021

SIBERONE.COM  -  Melihat Banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel) sejauh ini dalam catatan sekitar Lima Puluh ( 50) tahun belum pernah banjir melanda  separah ini, dan Ini membuat Farhat Abbas buka suara.


Warga Kalimantan Selatan sekarang sedang berduka-lara. Perlu pertolongan kemanusiaan segera, jiwa raga, kebutuhan pangan-pakaian. Dan tentu, bantuan medis dan keuangan. Itulah sebagian saudara kita dari Kalimantan Selatan, yang sudah sepuluh hari tergenang daerahnya. Bagai danau. Dan baru kali ini terjadi panorama banjir yang demikian meluas itu di tanah Borneo itu.


"Kita perlu menelusuri sejumlah faktornya. Dan lebih dari itu, bagaimana harus mengatasi banjir di wilayah yang dulu dikenal paru-paru dunia ini," ungkap Farhat kepada awak media saat ditemui. Senin (25/1/2021).

Satu hal yang tidak  bisa di pungkiri sebut Farhat,  banjir Kalimantan yang terkategori fenomenal tidak lepas dari kerusakan hutan yang sangat ekstensif. Kerusakan itu bukan alami, tapi terjadi pengrusakan sistimatis, terencana oleh sejumlah kekuatan strategis. Pengrusakannya tidak hanya menebangan pepohonan hutan yang demikian meluas atas nama program hutan industri, tapi inilah yang jauh lebih serius persoalannya  kegiatan penambangan yang tak terkendali.

Lebih lanjut Farhat Abbas mengatakan sekedar catatan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan menunjukkan, pada tahun 2009 luas kawasan hutan Kalimantan Selatan sekitar 1.779.982 ha atau 48,3 % dari luas wilayah provinsi (3.685.855 ha). Data luas areal kehutanan tersebut mengalami perubahan signifikan. Dari 2009 hingga 2019, pengurangannya sekitar seluas 614.000 ha atau 34,5%. 

"Jika dirata-ratakan, tingkat deforestasi hutan di Kalimantan Selatan sebesar kurang- lebih 60.000 hektare per tahun. Artinya, alih fungsi lahan di Kalimantan Selatan selama 2009 hingga 2019 memang sangat massif," ujarnya.

Farhat Alih fungsi lahan masih terkategori bisa dimaklumi mana kala arah dari kebijakan pengalihan itu ke hutan tanaman industri. Meski kualitas serapan tanaman industri tak sesignifikan dibanding botika liar, namun tetap ada serapan ketika terjadi curah hujan tinggi. Namun, yang menjadi persoalan serius adalah alih fungsinya ke penambangan sumber daya alam (SDA). Atas nama nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi secara rawl material SDA, apalagi sampai olahan semi jadi.


"kita saksikan gerakan eksploitasi-eksploratif massif terhadap potensi SDA itu. Dan masivitas penambangan itu tak lepas dari potensi SDA yang ada di Kalimantan Selatan," jelasnya.

Selanjutnya Farhat mengungkapkan .Data Kementerian Energ Sumber Daya Mineral (SESDM) mencatat produksi batubara Kalimantan Selatan tahun 2013 – sekedar ilustrasi faktual — mencapai 162.952.196 ton, terdiri dari produksi batubara atas dasar Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) sebesar 101.234.960 ton dan produksi batubara atas dasar Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 61.717.236 ton. Lokasi endapan batubara di Kalimantan Selatan berada di Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Balangan dan Tabalong.

Potensi emas di Kalimantan Selatan terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 11.250 ton, Kotabaru sebesar 25.289 ton dan Hulu Sungai Tengah sebesar 67.500 ton. Sedangkan potensi tambang bijih besi di Kalimantan Selatan terdapat di Kabupaten Tanah Laut sebesar 185.667 ton, Tanah Bumbu sebesar 593.800.000 ton, Kotabaru sebesar 510.633.000 ton, Tapin sebesar 625.000 ton dan Balangan sebesar 5.062.900 ton.

Di Kalimantan Selatan ini juga terdapat kromit. Persisnya di Tanah Laut dengan potensi sebesar 235.620 ton. Kromit menjadi matrial penting untuk bahan campuran anti karat, pemberi kesan mengkilap untuk pembuatan stainless steels, campuran baja, baja cor, dan besi cor dan sebagai katalis dalam penyamakan kulit.

Potensi marmer di Kalimantan Selatan juga tidak kecil. Di Kabupaten Tanah Laut terdapat 2.660.840 ton, Tanah Bumbu sebesar 334.250.000 ton, Kotabaru sebesar 23.930.000 ton, Hulu Sungai Selatan sebesar 90.105.599 ton, Hulu Sungai Tengah sebesar 1.054.442.500 ton, Balangan sebesar 2.348.785.410 ton dan Tabalong sebesar 1.455.652.000 ton.

Sementara, potensi batu gamping di Kalimantan Selatan terdapat di Kabupaten Tanah Laut sebesar 116.800.000 ton, Tanah Bumbu sebesar 5.754.148.125 ton, Kotabaru sebesar 19.087.343.687 ton, Tapin sebesar 462.466.950 ton, Hulu Sungai Selatan sebesar 2.990.178.132 ton, Hulu Sungai Tengah sebesar 110.000.000 ton, Balangan sebesar 488.643.307 ton dan Tabalong sebesar 12.966.901.972 ton.

"Seluruh potensi SDA tersebut memang cukup menggoda, karena nilai ekonomisnya sangat tinggi. Karena itu, tak sedikit investasi penambangan di arahkan ke wilayah itu. Dan  atas nama kepentingan ekonomi nasional  maka eksplorasi penambangan menjadi opsi yang perlu mendapat perhatian khusus," kata Farhat.


Tambah Farhat, namun demikian, perlakuan eksploitatif yang berlebihan menjadi petakan bagi lingkungan. Dan, banjir bandang yang menghantam wilayah Kalimantan Selatan ini memang reaksi alamiah bagi tatanan alam.

Desain Pencegahahan Keterpanggilan Rekonstruktif Kegiatan penambangan dalam berbagai jenis SDM  sulit disangkal  sebagai faktor determinan banjir bandang yang memilukan itu.

 

"Dalam hal ini, mau tak mau, harus ada format kebijakan yang bersifat instruktif, tak ada kata tawar-menawar. Pertama, seluruh perusahaan tambang harus bertanggung jawab untuk mengembalikan struktur lahan yang berlubang dalam itu," tegasnya. 


Hal ini berarti diperlukan dukungan regulasi terkait material tanah untuk menutup galian-galian itu. Arahnya adalah pegunungan, yang perlu digali dan diangkut ke galian-galian tambang itu. 

"Setidaknya, nama-nama daerah pegunungan di Kalimantan Selatan seperti Pegunungan Meratus, Rimpi, Langara, Teletubbies dan Palawan bisa menjadi material penutupan galian tambang. Arahnya perataan daerah pegunungan, bukan penggalian seperti tambang," tutupnya. 
(Vio Sari)